Aku adalah penentu nasibku. Aku adalah kapten jiwaku - William Henley.
Hidup adalah pilihan. Begitulah kata banyak orang. Di setiap perjalanan hidup kita, kita akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang mau tidak mau harus kita tentukan. Kanan kiri, lurus berhenti, semua harus kita pilih. Dan, aktor penentunya adalah kita sendiri, bukan keluarga kita, atasan kita, pasangan kita, atau siapapun itu.
Dalam bukunya, Roots, Alex Haley menjelaskan sesuatu yang mencengangkan segera setelah perbudakan dihapuskan di Amerika. Para budak yang baru saja dibebaskan tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan kebebasan yang baru saja mereka peroleh. Pasalnya, sepanjang hidup mereka sebelumnya, selalu ada orang yang mengatakan apa yang harus mereka lakukan, dan sebagai akibatnya mereka tidak pernah belajar untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Akhirnya, yang terjadi adalah banyak diantara mereka yang tetap bekerja untuk bekas majikan mereka sepanjang hidup mereka.
Gambaran yang serupa dapat kita temukan pada film The Shawshank Redemption. Sang aktor utama, Brooks, yang menjalani hukuman penjara selama 50 tahun dan bertugas sebagai penjaga perpustakaan penjara, mengalami kebingungan ketika ia akhirnya dibebaskan. Ia tidak tahu bagaimana menggunakan kemampuannya untuk memilih. Bagi Brooks, hidup sebagai orang bebas memberi beban yang berat, sampai akhirnya ia memutuskan mengakhiri hidup dengan bunuh diri, suatu pilihan paling buruk dalam hidup ini.
Gambaran diatas mungkin juga kita alami. Sejak kita masih kecil, kita sudah terbiasa dengan pilihan-pilihan yang dibuatkan oleh orangtua atau guru kita pada kita. Setelah dewasa dan bekerja pun kita masih sering disuguhi dengan pilihan-pilihan yang tidak kita buat sendiri.
Pada dasarnya, ini tidak masalah, asalkan keharusan-keharusan yang disodorkan kepada kita tidak bersifat dominan sehingga masih memberi ruang kebebasan kita untuk memilih. Jika tidak, ada kemungkinan kita hanya mengikuti arus kehidupan yang diciptakan orang lain, bukan hasil kreasi kita sendiri. Walhasil, kita hanya sekedar berada, dan tidak hidup secara penuh.
Sebagai makhluk ciptaaan Tuhan yang dibekali dengan berbagai potensi, kita memiliki kekuatan untuk memilih apa yang terbaik buat hidup kita. Kita berada di posisi kita sekarang sebagai akibat dari pilihan yang kita buat sebelumnya. Ketika sesuatu terjadi pada kita, ketika suatu keadaan terpapar di hadapan kita, jangan mengeluh. Buatlah sebuah pilihan yang bijak; lakukan dengan semestinya, dan kita akan melihat bahwa hidup kita akan menjadi lebih baik. Hidup macam apakah yang kita inginkan? Kabar baiknya adalah kita memiliki kekuatan untuk memilih dan mewujudkannya.
Anda adalah kapten kapal diri anda. Andalah yang mestinya menentukan jalur pelayarannya, menentukan kecepatannya,dan mengarahkan jalannya – Carl Frederick
0 komentar:
Posting Komentar